Monday, February 21, 2005

BAB I: MISI MISTERIUS

Sudah beberapa jam lamanya mereka mengitari padang rumput Leighan-Village. Tapi mereka tidak kunjung berhasil menemukan jam tangan Fred yang jatuh sewaktu mencari belalang usai pulang sekolah tadi.

'Kurasa, kita tidak akan menemukannya Fred.'
'Aku tidak ingin membuat masalah lagi dengan ibu. Kemarin aku telah memecahkan vas kesayangannya. Jam tangan itu juga hadiah dari dia Tom.'
'Tapi ini sudah pukul dua, Ibuku akan memarahiku kalau tidak mengerjakan PR.'
'Oh Tom, aku mohon. Beberapa menit lagi..'
'Fred, lihat!!'

Pada saat itu terdengar suara gemuruh menuju posisi mereka berdiri, Tom dan Fred tidak bisa melihat benda itu dengan jelas karena sinar matahari. Benda itu seperti seonggok mesin diesel yang terbang sambil mengeluarkan asap tebal. Kejadian itu begitu cepat, sampai benda itu hilang di balik bukit kecil, tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Suara gemuruh berubah menjadi suara benda berat yang berdentum ke tanah.

Tom dan Fred bertatapan sejenak lalu tanpa bicara mereka segera berlari ke arah gumulan asap tebal yang muncul dari garis horizon mereka. Pada saat di puncak bukit, mereka sadar bahwa benda itu adalah rongsokan pesawat Cesna merah tua. Mereka terus berlari melewati patahan sayap kanan pesawat yang tertinggal sekitar dua puluh meter dari badan pesawat.

Fred sejenak ragu untuk mendekati pesawat tersebut karena khawatir akan meledak, tapi dia kembali berlari ketika melihat ada seorang berseragam pilot sedang berusaha keluar dari badan pesawat.

'Pilotnya selamat Tom!'

Tom yang berbadan berbadan gembul masih lari terengah-engah beberapa meter di belakang Fred. Pipi dan kening Tom memerah karena dia tidak pernah berlari sekencang ini sebelumnya.

Fred telah sampai lebih dulu di badan pesawat. Ia segera mendapatkan tangan si Pilot yang mencoba merangkak menjauhi pesawat.

'Kaki kiriku patah, tapi yang lain masih pada tempatnya.' seru si Pilot.

Fred memapah si Pilot sambil berusaha berdamai dengan perasaannya. 'Beruntung Anda selamat sir, apa ada penumpang lain di dalam?'

'Tidak ada, hanya aku sendiri. Ya, untungnya hanya aku sendiri.'

Tom sudah berada di samping mereka. Tapi belum bisa berbuat sesuatu karena sibuk mendapatkan nafasnya kembali. Sambil menunduk dia memegangi kedua lututnya yang lemas seperti baru terbangun dari tidur. Pipi dan keningnya masih merah seperti buah tomat matang. Dalam hati dia iri dengan Fred karena tubuhnya tidak atletis seperti tubuh Fred.

Mereka bertiga duduk sejenak di kaki bukit Leighan-Village sambil berlindung di bawah terik matahari yang mulai condong kebarat.

'Apa rumah kalian jauh dari sini?'
'Tidak sir, hanya beberapa menit dari sini. Kami akan membawa Anda kerumah dan
merawat kaki dan luka Anda.' Jawab Fred.(bersambung...)

with my own words

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


 
 
[personal web] [inbox] [gallery] [library] [briefcase] [friendster]
 
 
 
Untuk Selama Ini Bumi Manusia Somebody elses sky Ada Apa Dengan MU? THE NEVER ENDING BATTLE Web Jostein Gaarder Idul Korban Most Wanted Indonesia Help - Earthquake and Tsunami Victims Let's go home my self
 
 
 
 
 
 
me: 24 male Was born in mataram and now stay in malang. architecture and internet always around my life job. third eye blind, oasis, jewel, dave matthews band, padi, rumah-sakit, last for minutes, and mocca must show in my mp3 playlist. very like soccer but cannot played, go..go...MU! marvel and dc comic itz my fav comic also tetralogy from pramoedya ananta toer, shopie's world by jostein gaarder. rythem player in my band, i guess the band its not my focus now. feel bored? try age of empire game.., old game-best game and watch band of brothers.